Suatu ketika, malam Minggu tepatnya Dewi minta diantar ke
tempat temannya yang sedang merayakan ulang tahun. Acara sangat meriah sekali,
hingga jam 24:00 acara masih berlangsung. Tetapi Dewi mengajak pulang, karena
waktu yang sudah kelewat malam. Sebenarnya Edi pun menolak karena begitu
meriahnya pesta ulang tahun tersebut. Dan akhirnya Edi pun menyanggupi untuk
segera mengantar pulang Dewi, malam semakin larut dan udara dingin pun
menyelimuti dan menghembus sepoi-sepoi dalam deru sepeda motor Edi, mereka
sempat berhenti sejenak di pompa bensin untuk mengisi bensin. Sesampai di kost
tempat Dewi ternyata pintu gerbang sudah dikunci, padahal Dewi sudah pesan
kepada pembantu agar pintu jangan dikunci, soalnya Dewi pulangnya ke kost
terlambat. Dan akhirnya Edi pun kasih solusi.
"Dewi.. gimana kalau tidur saja di kontrakanku,"
kata Edi.
Dewi terdiam sejenak.
"Gimana ya.. aku kan enggak enak sama temen kamu
Ed," jawab Dewi.
"Itu bisa diatur, nanti yang penting kamu mau tidak,
dari pada tidur di jalan," kata Edi sambil senyum.
"Ayolah keburu dilihat orang kan nggak enak di jalanan
seperti ini Nan," kata Edi.
Dewi pun menyetujinya, mereka pun bergegas menuju kontrakan
Edi. Sesampainya di rumah kontrakan tampak sunyi dan hanya hembusan angin malam
karena teman-teman Edi pada malam mingguan dan tidak ada yang pulang di rumah
kontrakan.
"Ayo masuk, kok diam saja," kata Edi menyapa Dewi.
Dewi pun terhentak sedikit terkejut.
"Teman-temanmu dimana Ed?" tanya Dewi.
"Mereka kalau malam Minggu jarang tidur di rumah,"
jawab Edi.
"Ooo gitu," sergah Dewi.
Akhirnya Dewi dipersilakan istirahat di kamar Edi.
"Nan, selamat bobok ya..." kata Edi.
Dewi pun tampak kelelahan dan tertidur pulas. Setengah jam
kemudian Edi kembali ke kamarnya untuk melihat Dewi dan sengaja kunci pintu
kamar tidak diberikan kepada Dewi, tapi betapa kagetnya Edy melihat Dewi tidur
hanya menggunakan BH dan celana dalam, karena saat itu posisi tubuh Dewi miring
hingga selimut yang menutupi tubuhnya bagian punggung tersingkap.
Entah setan mana yang menyusup di benak Edy. Edy pun
langsung mendekat ke arah Dewi, dengan tenangnya Edy langsung mencium bibir
Dewi. Dewi pun terbangun.
"Apa-apaan kamu Ed?" sergah Dewi sambil menutupi
tubuhnya dengan selimut.
Tanpa pikir panjang Edy langsung menarik selimut dan Edi pun
langsung menindih Dewi yang hanya mengenakan pakaian dalam saja. Dewi
meronta-ronta dan Edy pun tidak menggubris, ia berusaha melepas BH dan CD-nya.
Tenaga Edi lebih kuat hingga akhirnya BH dan CD Dewi terlepas dengan paksa oleh
Edi. Nampak jelas buah dada Dewi dan bulu lembut kemaluannya. Dewi kelelahan
tanpa daya dan hanya menangis memohon kepada Edy. Edi tetap melakukan aksinya
dengan meraba dan mencium semua tubuh Dewi tanpa sedikitpun terlewatkan. Dewi
terus memohon, Edi pun tak menggubrisnya.
Dan setelah puas menciumi vagina Dewi, Edi melakukan aksi
lebih brutal. Ia mengangkat kedua kaki Dewi di atas perut dan dengan cepat Edy
mencoba memasukkan penisnya ke dalam vagina Dewi.
Dewi menjerit tertahan dan hanya isak tangis yang terdengar,
"Kumohon Ed, hentikan!" seru Dewi dalam isak tangisnya.
Dan "Bleeesss, bleeess," penis Edi masuk dalam
vagina Dewi walaupun di awal masuknya cukup sulit.
Edy pun mulai menggoyang pinggulnya hingga penisnya terkocok
di dalam vagina Dewi. Darah segar pun keluar dari liang jinak Dewi, ia pun
terus memohon.
"Akh... akh... hentikan Ed...!" desah Dewi.
Tampak sekali wajah Dewi menunjukkan kelelahan, dan sekarang
hanya terdengar erangan kenikmatan di antara kedua insan ini.
"Ah... ah... ah..." Edi pun terus mengocok
penisnya dalam vagina Dewi dan beberapa saat kemudian terasa Edi akan
mengeluarkan sperma, ia pun langsung mencabut dan mengocoknya dari luar dan...
"Croooot... Crooot... Serrr..." sperma Edi muncrat tepat di bibir
Dewi dan sekitar wajah.
Mereka kelelahan dan akhirnya tertidur.
Hari menjelang pagi saat itu jam menunjukkan pukul 07:30
pagi, Dewi terbangun bersamaan dengan itu Edi juga terbangun. Edi melihat Dewi
yang sedang mengenakan BH dan CD.
"Antar aku pulang sekarang Ed..." kata Dewi.
"Iya... aku cuci muku dulu," jawab Edi.
Edi pun mengantar Dewi pulang ke kostnya.
Selang beberapa bulan hubungan mereka mulai retak, ada
selentingan kabar kalau Edi mendekati cewek lain sebut saja Sinta, dan akhirnya
Edi dan Dewi resmi bubaran. Tapi reaksi Edi tidak sampai di situ, justru setelah
putus dengan Dewi ia gencar mendekati Sinta. Dengan berbagai cara dan upaya
akhirnya Edi berhasil mendapatkan Sinta dan mereka resmi jadian. Sama seperti
yang dilakukannya dulu, ia sering antar jemput kuliah Sinta dan kalaupun jemput
Sinta biasanya tidak langsung pulang melainkan jalan-jalan kemana saja sambil
cari makan tentunya. Sering pula Sinta diajak ke tempat kontrakan Edi lebih
sering dibandingkan Dewi pacar yang dulu.
Pagi itu kuliah jam ke-2 mereka satu ruangan tapi dosen
tidak hadir jadi kosong, mereka berdua bergegas ke tempat Edi, sampai di
kontrakan rumah sepi soalnya teman-teman ada yang ke kampus dan ada juga yang
masih tidur. Mereka berdua langsung masuk kamar Edi, Sinta tiduran di ranjang
sambil mendengarkan musik. Edi masuk membawakan kopi susu dan tanpa basa basi
Edi membelai rambut Sinta dan Sinta pun bersandar dalam dekapan Edi. Edi
langsung mencium bibir Sinta dan tangannya mulai masuk dalam baju street Sinta
dan meremas-remas payudara.
"Ed... jangan dong..." desah Sinta.
"Enggak apa-apa, kan cuma dikit," kata Edi, tapi
Edi terus menyerang, ia melepas seluruh pakaian Sinta dan Sinta pun hanya diam
tanpa perlawanan, dan jelas sudah seluruh tubuh Sinta yang kuning langsat dan
payudara lumayan besar.
Mereka mulai bergelut mencium dan meremas satu sama lain.
"Sin, kulum dong kontolku!" kata Edi.
Dibimbingnya kepala Sinta menuju kemaluan Edi dan,
"Em.. kemaluanmu besar juga Ed," kata Sinta.
Edi hanya diam menikmati hisapan mulut Sinta. Edi pun
langsung saja menjilati dan menghisap vagina Sinta hingga mereka melakukan
posisi 69.
"Ugh... Ugh..." desah Sinta.
Kemudian Edi duduk dengan kaki dijulurkan, ia minta Sinta
duduk di atasnya layaknya seorang anak kecil. Tepat penis Edi masuk dalam
vagina Sinta.
"Pelan-pelan Ed.." kata Sinta mendesah.
Sinta mulai menaik-turunkan pinggulnya dan "Bleeesss,
bleeess..." kemaluan Edi masuk seluruhnya dalam vagina Sinta.
"Ah... ah... ah..." desah Sinta sambil
menggoyangkan pinggulnya.
Edi pun merespon gerakan tersebut. Dan mereka melakukan
gerakan yang seirama, "Ah... ah... ah..." desah Sinta semakin keras.
"Aku nggak kuat Ed..." Edi hanya diam menikmati
gerakan-gerakan yang dimainkan Sinta.
Dan akhirnya, "Ugh... ugh... ugh... ahhh..." desah
Sinta yang tubuhnya mengelenjang sambil memeluk tubuh Edi.
Ternyata Sinta mencapai puncak kenikmatan. Dan Edi
membalikkan tubuh Sinta tepat di bawah badannya, Edi mulai mengocok penisnya
yang belum lepas dari vagina Sinta, dan "Ahk..." desah Edi dan
beberapa saat kemudian Edi mencabut penisnya dan meletakkan di bibir Sinta dan
"Croot... Croot... Serrr..." sperma Edi muncrat tepat di seluruh
wajah Sinta. Mereka pun akhirnya berpelukan setelah mencapai kepuasan.
Semenjak kejadian itu mereka sering melakukannya di
kontrakan Edi. Entah siang atau malam karena Sinta sering menginap dan tidur
satu ranjang bersama Edi. Hubungan mereka semakin intim dan hanya bertahan
selama 8 bulan. Hal itu disebabkan Dewi mantan pacar yang dulu mengajak membina
hubungan kembali. Edi akhirnya pisah dengan Sinta dan kembali lagi dengan Dewi.
Suatu sore Dewi datang ke kontrakan Edi, Dewi langsung masuk
menunggu di kamar Edi karena diminta teman-teman Edi.
"Edi baru mandi" kata salah seorang temannya.
"Oooo," jawab Sinta, dan beberapa saat kemudian
Edi masuk dan hanya mengenakan handuk dilingkarkan di pinggulnya.
"Sama siapa Wii..." kata Edi.
"Sendiri," jawab Dewi sambil mendekat ke arah Edi.
Edi tanggap dengan situasi itu, ia langsung mencium bibir
Dewi dan melepas baju street warna biru muda yang dipakai Dewi. Edi langsung
mencopot BH dan menghisap puting susu Dewi.
"Ah... ah..." desah Dewi.
Tangan Dewi langsung meremas penis Edi yang saat itu
handuknya telah jatuh ke lantai. Edi mulai melapas celana panjang Dewi serta
CD-nya. Mereka bergumul di atas ranjang.
"Ah... ah..." desah Dewi yang semakin merasakan
kenikmatan.
Edi mengangkat kaki kiri Dewi kemudian dengan sergapnya Edi
mulai memasukkan penisnya ke dalam vagina Dewi sambil kaki kiri Dewi tetap
terangkat.
"Bleeess, bleeess..." kemaluan Edi masuk
seluruhnya dalam vagina, Edi suka dengan posisi seperti itu karena vagina
terasa sempit.
Edi mulai menggerakkan kemaluannya keluar-masuk.
"Ah... ah... ah..." erangan kenikmatan keluar dari
bibir Dewi, Edi pun merasakan kenikmatan pula.
"Ugh... ugh..." desah Edi pelan. Beberapa saat
kemudian Edi melepas penisnya, Dewi mulai menghisap dan menjilati penis Edi
sambil dikocok dengan jari-jemari lembut Dewi.
"Kulum dong Wi..." desah Edi. Dewi turuti saja apa
kemauan Edi.
Kemudian Edi kembali memasukkan penisnya dalam vagina Dewi,
"Blesss..." langsung masuk dan Dewi sempat menjerit tertahan karena
menahan sakit.
Kemudian Edi mulai menggerakkan penisnya, "Bleess...
bleesss..." kemaluan Edi keluar-masuk.
"Ah... ah... ugh..." tubuh Dewi mulai bergetar dan
mengelejang.
"Aku keluar Ed..." desah Dewi tapi Edi masih mengocok
penisnya dalam vagina Dewi dan Dewi hanya menahan.
Kedua tangannya mencengkeram kuat bibir tempat tidur sambil
menahan gerakan yang Edi lakukan. Edi mulai bergetar, "Ugh..."
desahnya.
"Di luar apa di dalam Wi..." kata Edi pelan.
Dewi hanya diam dan "Crooot... crooot... serrr..."
sperma Edi keluar di dalam vagina Dewi.
Edi pun rebah sambil memeluk tubuh Dewi yang hangat dan
lunglai.
Mereka tersenyum puas.
"Kamu pinter dech sekarang Wi..." kata Edi.
"Pinter apa'an," jawabnya.
"Pinter mainnya, belum lagi bulu vagina kamu tambah
lebat."
Dewi hanya tersenyum saja sambil tangannya membelai batang
kemaluan Edi. Hari sudah menjelang pukul tujuh malam dan akhirnya mereka
berpakaian dan keluar untuk makan malam.
0 komentar:
Posting Komentar