Anda dapat memanfaatkan Flash Disk sebagai anti virus dengan menggunakan beberapa tools antivirus yang bisa di jalankan melalui flash disk, misalnya AntivirX, ClamWin, dan Mx One.
bukan maksud saya mau mempromosikan atau membangga-banggakan, tapi disini saya lebih memilih Mx One
Mesut Ozil
Mesut Ozil
Perkembangan sepakbola di era modern menggerus beberapa sektor yang dahulu begitu lekat dalam permainan olah kulit bundar, salah satunya adalah posisi nomor sepuluh. Di masa lampau, seorang playmaker biasanya mendapat keleluasaan dari pelatihnya untuk 'memamerkan' skill di lapangan.
Namun, sejak diciptakannya bola ultraringan, aset terpenting bagi pemain di pos tersebut, yaitu umpan terobosan, jarang lagi terlihat. Pasalnya, kebanyakan pemain jadi sulit mengukur umpan terobosannya secara konsisten. Tapi kasus tersebut tak berlaku bagi Mesut Ozil.
Cara mengunciCD rom atau DvD Drive dengan CD rom lock
Drive CD atau DVD Rom merupakan salah satu komponen penting dari sebuah desktop PC atau notebook. Tanpa perangkat tersebut kita tidak bisa memutar kepingan CD, kepingan DVD, membuka dokumen menginstall program dan aktifitas lainnya. Namun, jika anda menggunakan komputer tersebut bersama dengan yang lain, terutama di rumah, setiap orang yang menggunakan komputer cenderung mengeksplorasinya secara berlebihan. Tanpa sepengetahuan anda, mereka bisa menggunakannya untuk melakukan burning ke kepingan CD atau DVD secara berlebihan.
This is featured post 4 title
Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com.
This is featured post 5 title
Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com.
Namaku Iwan (nama samaran). Aku itu sudah kuliah semester
dua di salah satu perguruan tinggi di Bandung. Aku tinggal masih bareng
orangtua dan adikku yang masih SMP, Dina namanya (juga samaran). Orangtuaku
dua-duanya kerja. Jadi rumah sering tinggal adikku dan aku saja, sama pembantu.
Pada waktu sore rumah sedang kosong, orangtua sedang pergi
dan kebetulan pembantu juga sedang tidak ada. Adikku sedang pergi. Aku menyewa
VCD BF XX dan X2. Aku senang sekali, karena tidak ada gangguan pas sedang
nonton. Cerita X2 di VCD itu kebetulan bercerita tentang seks antara adik dan
kakak. Gila sekali deh adegannya. Kupikir kok bisa ya. Eh, aku berani tidak ya
melakukan itu sama adikku yang masih SMP? tapi kan adikku masih polos sekali,
kalau di film ini mah sudah jago dan pro, pikirku dalam hati. Sedang nonton
plus mikir gimana caranya melakukan sama adikku, eh, bel berbunyi. Wah, teryata
adikku, si Dina sama temannya datang. Sial, mana filmnya belum selesai lagi.
Langsung kusimpan saja tuh VCD, terus kubukakan pintu. Dina sama temannya
masuk. Eh, temannya manis juga loh.
"Dari mana lo?" tanyaku.
"Dari jalan dong. Emang kayak kakak, ngedekem mulu di
rumah," jawabnya sambil manyun.
"Aku juga sering jalan tau, emang elo doang. Cuman
sekarang lagi males," kataku.
"Anti, elo mao nonton juga tidak?" tanyanya ke
temannya.
"Aku mah asyik saja. Lagian aku udah pernah kok nonton
film kayak begitu," jawab temannya.
"Gimana.. jadi tidak? keburu mama sama papa pulang
nih," desakku.
"Ayo deh. Tapi kalo aku jijik, dimatiin ya?"
katanya.
"Enak saja lo, elo kabur saja ke kamar," jawabku.
Lalu VCD itu aku nyalakan. Jreng.. dimulailah film tersebut.
Aku nontonnya sambil sesekali memandangi adikku dan temannya. Si Anti sih
kelihatannya tenang nontonnya, sudah "expert" kali ya? Kalau adikku
kelihatan begitu baru pertama kali nonton film seperti begitu. Dia kelihatan
takut-takut. Apalagi pas adegan rudalnya cowok dihisap. Mana itu rudal besarnya
minta ampun. "Ih, jijik banget.." kata Dina. Pas adegan ML sepertinya
si Dina sudah tidak tahan. Dia langsung kabur ke kamar.
"Yee, malah kabur," kata Anti.
"Elo masih mao nonton tidak?" tanyaku ke si Anti.
"Ya, terus saja," jawabnya.
Wah, boleh juga nih anak. Sepertinya, bisa nih aku main sama
dia. Tapi kalau dia marah gimana? pikirku dalam hati. Ah, tidak apa-apa kok,
tidak sampai ML ini. Sambil nonton, aku duduknya mendekat sama dia. Dia masih
terus serius nonton. Lalu kucoba pegang tangannya. Pertama dia kaget tapi dia
tidak berusaha melepas tangannya dari tanganku. Kesempatan besar, pikirku.
Kuelus saja lehernya. Dia malah memejamkan matanya. Sepertinya dia menikmati
begitu. Wow, tampangnya itu lho, manis! Aku jadi ingin nekat. Waktu dia masih
merem, kudekati bibirku ke bibir dia. Akhirnya bersentuhanlah bibir kami.
Karena mungkin memang sudah jago, si Anti malah mengajak French Kiss. Lidah dia
masuk ke mulutku dan bermain-main di dalam mulut. Sial, jagoan dia daripada
aku. Masa aku dikalahin sama anak SMP sih. Sambil kami ber-French Kiss, aku
berusaha masukkan tanganku ke balik bajunya. Mencari sebongkah buah dada imut. Ukuran
dadanya tidak begitu besar, tapi sepertinya sih seksi. Soalnya badan si Anti
itu tidak besar tapi tidak kurus, dan tubuhnya itu putih.
Begitu ketemu buah dadanya, langsung kupegang dan
kuraba-raba. Tapi masih terbungkus sama bra-nya. "Baju elo gue buka
ya?" tanyaku. Dia ngangguk saja sambil mengangkat tangannya ke atas.
Kubuka bajunya. Sekarang dia tinggal pakai bra warna pink dan celana panjang
yang masih dipakai. Shit! kataku dalam hati. Mulus sekali! Kubuka saja bra-nya.
Payudaranya bagus, runcing dan putingnya berwarna pink. Langsung kujilati
payudaranya, dia mendesah, aku jadi makin terangsang. Aku jadi pingin
menyetubuhi dia. Tapi aku belum pernah ML, jadi aku tidak berani. Tapi kalau
sekitar dada saja sih aku lumayan tahu. Gimana ya? Tiba-tiba pas aku lagi
menjilati payudara si Anti, adikku keluar dari kamar. Kami sama-sama kaget. Dia
kaget melihat apa yang kakak dan temannya perbuat. Aku dan Anti kaget pas
melihat Dina keluar dari kamar. Si Anti buru-buru pakai bra dan bajunya lagi.
Si Dina langsung masuk ke kamarnya lagi. Sepertinya dia shock melihat apa yang
kami berdua lakukan. Si Anti langsung pamit mau pulang. "Bilang sama Dina
ya.. sorry," kata Anti. "Tidak apa-apa kok," jawabku. Akhirnya
dia pulang.
Aku ketuk kamarnya Dina. Aku ingin menjelaskan. Eh, dianya
diam saja. Masih kaget kali ya, pikirku. Aku tidur saja, dan ternyata aku
ketiduran sampai malam. Pas kebangun, aku tidak bisa tidur lagi, aku keluar
kamar. Nonton TV ah, pikirku. Pas sampai di depan TV ternyata adikku lagi tidur
di kursi depan TV. Pasti ketiduran lagi nih anak, kataku dalam hati. Gara-gara
melihat dia tidur dengan agak "terbuka" tiba-tiba aku jadi keingat
sama film X2 yang belum selesai kutonton, yang ceritanya tentang hubungan seks
antara adik dan kakak, ditambah hasrat aku yang tidak kesampaian pas sama Anti
tadi. Ketika adikku menggerakan kakinya membuat roknya tersingkap, dan
terlihatlah CD-nya. Begitu melihat CD-nya aku jadi semakin nafsu. Tapi aku
takut. Ini kan adikku sendiri masa aku setubuhi sih. Tapi dorongan nafsu
semakin menggila. Ah, aku peloroti saja CD-nya. Eh, nanti kalau dia bangun
bagaimana? Ah, cuek saja. Begitu CD-nya turun semua, wow, belahan kemaluannya
terlihat masih amat rapat dan dihiasi bulu-bulu halus yang baru tumbuh. Kucoba
sentuh, hmm.. halus sekali. Kusentuh garis kemaluannya. Tiba-tiba dia
menggumam, aku jadi kaget. Aku merasa di ruang TV terlalu terbuka. Kurapikan
lagi pakaian adikku, terus kugendong ke kamarnya.
Sampai di kamar dia, it's show time, pikirku. Kutiduri dia
di kasurnya. Kubukakan bajunya. Ternyata dia tidak pakai bra. Wah, payah juga
nih adikku. Nanti kalau payudaranya jadi turun bagaimana. Begitu bajunya
terbuka, buah dada mungilnya menyembul. Ih, lucu bentuknya. Masih kecil buah
dadanya tapi lumayan ada. Kucoba hisap putingnya, hmm.. nikmat! Buah dada dan
putingnya begitu lembut. Eh, tiba-tiba dia bangun! "Kak.. ngapain
lo!" teriaknya sambil mendorongku. Aku kaget sekali, "Ngg.. ngg..
tidak kok, aku cuma pengen nerusin tadi pas sama si Anti, tidak papa kan?"
jawabku ketakutan. Aku berharap orangtua aku tidak mendengar teriakan adikku
yang agak keras tadi. Dia menangis.
"Sorry ya Din, gue salah, habis elo juga sih ngapain
tidur di ruang TV dengan keadaan seperti itu, tidak pake bra lagi,"
kataku.
"Jangan bilang sama mama dan papa ya, please.."
kataku.
Dia masih nangis. Akhirnya kutinggali dia. Aduh, aku takut
nanti dia ngadu.
Sejak saat itu aku kalau ketemu dia suka canggung. Kalau
ngomong paling seadanya saja. Tapi aku masih penasaran. Aku masih ingin mencoba
lagi untuk "ngegituin" Dina. Sampai pada suatu hari, adikku sedang
sendiri di kamar. Aku coba masuk,
"Din, lagi ngapain elo," aku mencoba untuk
beramah-tamah.
"Lagi dengerin kaset," jawabnya.
"Yang waktu itu, elo masih marah ya.." tanyaku.
".." dia diam saja.
"Sebenernya gue.. gue.. pengen nyoba lagi.." gila
ya aku nekat sekali.
Dia kaget dan pas dia mau ngomong sesuatu langsung aku
dekati mukanya dan langsung kucium bibirnya.
"MmhHPp.. Kakk.. mmHPh.." dia seperti mau ngomong
sesuatu.
Tapi akhirnya dia diam dan mengikuti permainanku untuk
ciuman. Sambil ciuman itu tanganku mencoba meraba-raba dadanya dari luar.
Pertama merasakan payudaranya diraba, dia menepis tanganku. Tapi aku terus
berusaha sambil tetap berciuman. Setelah beberapa menit berciuman sambil meraba-raba
payudaranya, aku mencoba membuka bajunya. Eh, kok dia langsung mau saja dibuka
ya? Mungkin dia lagi merasakan kenikmatan yang amat sangat dan pertama kali
dirasakannya. Begitu dibuka, langsung kubuka bra-nya. Kujilati putingnya dan
sambil mengusap dan mneremas-remas buah dada yang satunya. Walaupun payudara
adikku itu masih agak kecil, tapi dapat memberikan sensasi yang tak kalah
dengan payudara yang besar. Ketika sedang dihisap-hisap, dia mendesah,
"Sshh.. sshh.. ahh, enak, Kak.." Setelah kuhisap, putingnya menjadi
tegang dan agak keras. Terus kubuka celanaku dan aku keluarkan
"adik"-ku yang sudah lumayan tegang. Pas dia melihat, dia agak kaget.
Soalnya dulu kami pernah mandi bareng pas "punya"-ku masih kecil.
Sekarang kan sudah besar dong.
Aku tanya sama dia, "Berani untuk ngisep punya gue
tidak? Entar punya elo juga gue isepin deh, kita pake posisi 69."
"69.. apa'an tuh?" tanyanya.
"Posisi dimana kita saling mengisap dan ngejilatin
punyanya partner kita pada saat berhubungan," jelasku.
"Ooo.."
Langsung aku membuka celana dia dan CD-nya. Kami langsung
mengambil posisi 69. Aku buka belahan kemaluannya dan terlihatlah klitorisnya
seperti bentuk kacang di dalam kemaluannya itu. Ketika kusentuh pakai lidah,
dia mengerang,
"Ahh.. Kakak nyentuh apanya sih kok enak banget.."
tanyanya.
"Elo mestinya ngejilatin dan ngisep punya gue dong.
Masa elo doang yang enak," kataku.
"Iya Kak, habis takut dan geli sih.." jawabnya.
"Jangan bayangin yang bukan-bukan dong. Bayangin saja
keenakan elo," kataku lagi.
Saat itu juga dia langsung menjilat punyaku. Dia menjilati
kepala anu-ku dengan perlahan. Uuhh, enak benar. Terus dia mulai menjilati
seluruh dari batanganku. Lalu dia masukkan punyaku ke mulutnya dan mulai
menghisapnya. Oohh.. gila benar. Dia ternyata berbakat. Hisapannya membuatku
jadi hampir keluar.
"Stop.. eh, Din, stop dulu," kataku.
"Lho kenapa?" tanyanya.
"Tahan dulu entar aku keluar," jawabku.
"Lho emang kenapa kalau keluar?" tanyanya lagi.
"Entar game over," kataku.
Ternyata adikku memang belum mengerti masalah seks.
Benar-benar polos. Akhirnya kujelaskan kenapa kalau cowok sudah keluar tidak
bisa terus pemainannya. Akhirnya dia mulai mengerti. Posisi kami sudah tidak 69
lagi, jadi aku saja yang bekerja. Kemudian aku teruskan menghisapi kemaluannya
dan klitorisnya. Dia terus menerus mendesah dan mengerang.
"Kak Iwan.. terus Kak.. di situ.. iya di situ.. oohh..
sshh.."
Aku terus menghisap dan menjilatinya. Dia menjambak
rambutku. Sambil matanya merem-melek. Akhirnya aku sudah dalam kondisi fit lagi
(tadi kan kondisinya sudah mau keluar). Kutanya sama adikku,
"Elo berani ML tidak?"
".." dia diam.
"Gue pengen ML, tapi terserah elo.. gue tidak
maksa," kataku.
"Sebenerya gue takut. Tapi sudah kepalang tanggung
nih.. gue lagi 'on air'," kata dia.
"OK.. jadi elo mau ya?" tanyaku lagi.
".." dia diam lagi.
"Ya udah deh, kayanya elo mau," kataku.
"Tapi tahan sedikit. Nanti agak sakit awalnya. Soalnya
elo baru pertama kali," kataku.
".." dia diam saja sambil menatap kosong ke
langit-langit.
Kubuka kedua belah pahanya lebar-lebar. Kelihatan bibir
kemaluannya yang masih sempit itu. Kuarahkan ke lubang kemaluannya. Begitu aku
sentuhkan kepala "anu"-ku ke liang kemaluannya, Dina menarik nafas
panjang, dan kelihatan sedikit mengeluarkan air mata. "Tahan ya
Din.." Langsung kudorong anu-ku masuk ke dalam lubang kemaluannya. Tapi
masih susah, soalnya masih sempit sekali. Aku terus mencoba mendorong anu-ku,
dan.. "Bleess.." masuk juga kepala kemaluanku. Dina agak berteriak,
"Akhh sakit Kak.."
"Tahan ya Din.." kataku.
Aku terus mendorong agar masuk semua. Akhirnya masuk semua
kemaluanku ke dalam selangkangan adikku sendiri.
"Ahh.. Kak.. sakit Kak.. ahh.."
Setelah masuk, langsung kugoyang maju-mundur, keluar masuk
liang kemaluannya.
Dia jadi mengerang tidak karuan. Setelah beberapa menit
dengan posisi itu, kami ganti dengan posisi "dog style". Dina kusuruh
menungging dan aku masukkan ke lubang kemaluannya lewat belakang. Setelah
masuk, terus kugenjot. Tapi dengan keadaan "dog style" itu ternyata
Dina langsung mengalami orgasme. Terasa sekali otot-otot di dalam kemaluannya
itu seperti menarik batang kemaluanku untuk lebih masuk.
"Ahh.. ahha.. aku lemess banget.. Kak," rintihnya
dan dia jatuh telungkup. Tapi aku belum orgasme. Jadi kuteruskan saja.
Kubalikkan badannya untuk tidur terlentang. Terus kubuka lagi belahan pahanya.
Kumasukkan kemaluanku ke dalam lubang kemaluannya. Padahal dia sudah kecapaian.
"Kak, udah dong! Gue udah lemes.." pintanya.
"Sebentar lagi ya.." jawabku.
Tapi setelah beberapa menit kugenjot, eh, dianya segar lagi.
Sambil menggenjot, tanganku meraba-raba dan meremas
payudaranya yang mungil itu. Tiba-tiba aku seakan mau meledak, ternyata aku mau
orgasme. "Ahh, Din aku mau keluar.. ahh.." Ternyata saat yang
bersamaan dia orgasme juga. Kemaluanku seperti dipijat-pijat di dalam. Karena
masih enak, kukeluarkan di dalam kemaluannya. Nanti kusuruh minum pil KB saja
supaya tidak hamil, pikirku dalam hati.
Setelah orgasme bareng itu kucium bibirnya sebentar. Setelah
itu aku dan dia akhirnya ketiduran dan masih dalam keadaan bugil dan
berkeringat di kamar gara-gara kecapaian. Ketika bangun, aku dengsr dia lagi
merintih sambil menangis.
Minggu sore hampir pukul empat. Setelah menonton CD porno
sejak pagi penisku tak mau diajak kompromi. Si adik kecil ini kepingin segera
disarungkan ke vagina. Masalahnya, rumah sedang kosong melompong. Istriku
pulang kampung sejak kemarin sampai dua hari mendatang, karena ada kerabat
punya hajat menikahkan anaknya. Anak tunggalku ikut ibunya. Aku mencoba
menenangkan diri dengan mandi, lalu berbaring di ranjang. Tetapi penisku tetap
tak berkurang ereksinya. Malah sekarang terasa berdenyut-denyut bagian
pucuknya.
"Wah gawat gawat nih. Nggak ada sasaran lagi. Salahku
sendiri nonton CD porno seharian", gumamku.
Aku bangkit dari tiduran menuju ruang tengah. Mengambil
segelas air es lalu menghidupkan tape deck. Lumayan, tegangan agak mereda.
Tetapi ketika ada video klip musik barat agak seronok, penisku kembali
berdenyut-denyut. Nah, belingsatan sendiri jadinya. Sempat terpikir untuk jajan
saja. Tapi cepat kuurungkan. Takut kena penyakit kelamin. Salah-salah bisa
ketularan HIV yang belum ada obatnya sampai sekarang. Kuingat-ingat kapan
terakhir kali barangku terpakai untuk menyetubuhi istriku. Ya, tiga hari lalu.
Pantas kini adik kecilku uring-uringan tak karuan. Soalnya dua hari sekali
harus nancap. "Sekarang minta jatah..". Sambil terus berusaha
menenangkan diri, aku duduk-duduk di teras depan membaca surat kabar pagi yang
belum tersentuh.
Tiba-tiba pintu pagar berbunyi dibuka orang. Refleks aku
mengalihkan pandangan ke arah suara. Renny anak tetangga mendekat.
"Selamat sore Om. Tante ada?"
"Sore.. Ooo Tantemu pulang kampung sampai lusa. Ada
apa?"
"Wah gimana ya.."
"Silakan duduk dulu. Baru ngomong ada keperluan
apa", kataku ramah.
ABG berusia sekitar lima belas tahun itu menurut. Dia duduk
di kursi kosong sebelahku.
"Nah, ada perlu apa dengan Tantemu? Mungkin Om bisa
bantu", tuturku sambil menelusuri badan gadis yang mulai mekar itu.
"Anu Om, Tante janji mau minjemi majalah
terbaru.."
"Majalah apa sich?", tanyaku. Mataku tak lepas
dari dadanya yang tampak mulai menonjol. Wah, sudah sebesar bola tenis nih.
"Apa saja. Pokoknya yang terbaru".
"Oke silakan masuk dan pilih sendiri".
Kuletakkan surat kabar dan masuk ruang dalam. Dia agak
ragu-ragu mengikuti. Di ruang tengah aku berhenti.
"Cari sendiri di rak bawah televisi itu", kataku,
kemudian membanting pantat di sofa.
Renny segera jongkok di depan televisi membongkar-bongkar
tumpukan majalah di situ. Pikiranku mulai usil. Kulihati dengan leluasa
tubuhnya dari belakang. Bentuknya sangat bagus untuk ABG seusianya. Pinggulnya
padat berisi. Bra-nya membayang di baju kaosnya. Kulitnya putih bersih. Ah
betapa asyiknya kalau saja bisa menikmati tubuh yang mulai berkembang itu.
"Nggak ada Om. Ini lama semua", katanya menyentak
lamunan nakalku.
"Nggg.. mungkin ada di kamar Tantemu. Cari saja di
sana"
Selama ini aku tak begitu memperhatikan anak itu meski
sering main ke rumahku. Tetapi sekarang, ketika penisku uring-uringan tiba-tiba
baru kusadari anak tetanggaku itu ibarat buah mangga telah mulai mengkal.
Mataku mengikuti Renny yang tanpa sungkan-sungkan masuk ke kamar tidurku. Setan
berbisik di telingaku, "inilah kesempatan bagi penismu agar berhenti
berdenyut-denyut. Tapi dia masih kecil dan anak tetanggaku sendiri? Persetan
dengan itu semua, yang penting birahimu terlampiaskan".
Akhirnya aku bangkit menyusul Renny. Di dalam kamar kulihat
anak itu berjongkok membongkar majalah di sudut. Pintu kututup dan kukunci
pelan-pelan.
"Sudah ketemu Ren?" tanyaku.
"Belum Om", jawabnya tanpa menoleh.
"Mau lihat CD bagus nggak?"
"CD apa Om?"
"Filmnya bagus kok. Ayo duduk di sini."
Gadis itu tanpa curiga segera berdiri dan duduk pinggir
ranjang. Aku memasukkan CD ke VCD dan menghidupkan televisi kamar.
"Film apa sih Om?"
"Lihat saja. Pokoknya bagus", kataku sambil duduk
di sampingnya. Dia tetap tenang-tenang tak menaruh curiga.
"Ihh..", jeritnya begitu melihat intro berisi
potongan-potongan adegan orang bersetubuh.
"Bagus kan?"
"Ini kan film porno Om?!"
"Iya. Kamu suka kan?"
Dia terus ber-ih.. ih ketika adegan syur berlangsung, tetapi
tak berusaha memalingkan pandangannya.
Memasuki adegan kedua aku tak tahan lagi. Aku memeluk gadis
itu dari belakang.
"Kamu ingin begituan nggak?", bisikku di
telinganya.
"Jangan Om", katanya tapi tak berusaha mengurai
tanganku yang melingkari lehernya.
Kucium sekilas tengkuknya. Dia menggelinjang.
"Mau nggak gituan sama Om? Kamu belum pernah kan? Enak
lo.."
"Tapi.. tapi.. ah jangan Om." Dia menggeliat
berusaha lepas dari belitanku. Namun aku tak peduli. Tanganku segera meremas
dadanya. Dia melenguh dan hendak memberontak.
"Tenang.. tenang.. Nggak sakit kok. Om sudah
pengalaman.."
Tangan kananku menyibak roknya dan menelusupi pangkal
pahanya. Saat jari-jariku mulai bermain di sekitar vaginanya, dia mengerang.
Tampak birahinya sudah terangsang. Pelan-pelan badannya kurebahkan di ranjang
tetapi kakinya tetap menjuntai. Mulutku tak sabar lagi segera mencercah pangkal
pahanya yang masih dibalut celana warna hitam.
"Ohh.. ahh.. jangan Om", erangnya sambil berusaha
merapatkan kedua kakinya. Tetapi aku tak peduli. Malah celana dalamnya kemudian
kupelorotkan dan kulepas. Aku terpana melihat pemandangan itu. Pangkal
kenikmatan itu begitu mungil, berwarna merah di tengah, dan dihiasi bulu-bulu
lembut di atasnya. Klitorisnya juga mungil. Tak menunggu lebih lama lagi,
bibirku segera menyerbu vaginanya. Kuhisap-hisap dan lidahku mengaduk-aduk
liangnya yang sempit. Wah masih perawan dia. Renny terus menggelinjang sambil
melenguh dan mengerang keenakan. Bahkan kemudian kakinya menjepit kepalaku,
seolah-olah meminta dikerjai lebih dalam dan lebih keras lagi.
Oke Non. Maka lidahku pun makin dalam menggerayangi dinding
vaginanya yang mulai basah. Lima menit lebih barang kenikmatan milik ABG itu
kuhajar dengan mulutku. Kuhitung paling tidak dia dua kali orgasme. Lalu aku
merangkak naik. Kaosnya kulepas pelan-pelan. Menyusul kemudian BH hitamnya
berukuran 32. Setelah kuremas-remas buah dadanya yang masih keras itu beberapa
saat, ganti mulutku bekerja. Menjilat, memilin, dan mencium putingnya yang
kecil.
"Ahh.." keluh gadis itu. Tangannya meremas-remas
rambutku menahan kenikmatan tiada tara yang mungkin baru sekarang dia rasakan.
"Enak kan beginian?" tanyaku sambil menatap
wajahnya.
"Iii.. iya Om. Tapi.."
"Kamu pengin lebih enak lagi?"
Tanpa menunggu jawabannya aku segera mengatur posisi
badannya. Kedua kakinya kuangkat ke ranjang. Kini dia tampak telentang pasrah.
Penisku pun sudah tak sabar lagi mendarat di sasaran. Namun aku harus
hati-hati. Dia masih perawan sehingga harus sabar agar tidak kesakitan. Mulutku
kembali bermain-main di vaginanya. Setelah kebasahannya kuanggap cukup, penisku
yang telah tegak kutempelkan ke bibir vaginanya. Beberapa saat kugesek-gesekkan
sampai Renny makin terangsang. Kemudian kucoba masuk perlahan-lahan ke celah
yang masih sempit itu. Sedikit demi sedikit kumaju-mundurkan sehingga makin
melesak ke dalam. Butuh waktu lima menit lebih agar kepala penisku masuk
seluruhnya. Nah istirahat sebentar karena dia tampak menahan nyeri.
"Kalau sakit bilang ya", kataku sambil mencium
bibirnya sekilas.
Dia mengerang. Kurang sedikit lagi aku akan menjebol
perawannya. Genjotan kutingkatkan meski tetap kuusahakan pelan dan lembut. Nah
ada kemajuan. Leher penisku mulai masuk.
"Auw.. sakit Om.." Renny menjerit tertahan.
Aku berhenti sejenak menunggu liang vaginanya terbiasa
menerima penisku yang berukuran sedang. Satu menit kemudian aku maju lagi.
Begitu seterusnya. Selangkah demi selangkah aku maju. Sampai akhirnya..
"Ouuu..", dia menjerit lagi. Aku merasa penisku menembus sesuatu. Wah
aku telah memerawani dia. Kulihat ada sepercik darah membasahi sprei.
Aku meremas-remas payudaranya dan menciumi bibirnya untuk
menenangkan. Setelah agak tenang aku mulai menggenjot anak itu.
"Ahh.. ohh.. asshh...", dia mengerang dan melenguh
ketika aku mulai turun naik di atas tubuhnya. Genjotan kutingkatkan dan
erangannya pun makin keras. Mendengar itu aku makin bernafsu menyetubuhi gadis
itu. Berkali-kali dia orgasme. Tandanya adalah ketika kakinya dijepitkan ke
pinggangku dan mulutnya menggigit lengan atau pundakku.
"Nggak sakit lagi kan? Sekarang terasa enak kan?"
"Ouuu enak sekali Om..."
Sebenarnya aku ingin mempraktekkan berbagai posisi senggama.
Tapi kupikir untuk kali pertama tak perlu macam-macam dulu. Terpenting dia
mulai bisa menikmati. Lain kali kan itu masih bisa dilakukan.
Sekitar satu jam aku menggoyang tubuhnya habis-habisan
sebelum spermaku muncrat membasahi perut dan payudaranya. Betapa nikmatnya
menyetubuhi perawan. Sungguh-sungguh beruntung aku ini.
"Gimana? Betul enak seperti kata Om kan?" tanyaku
sambil memeluk tubuhnya yang lunglai setelah sama-sama mencapai klimaks.
"Tapi takut Om.."
"Nggak usah takut. Takut apa sih?"
"Hamil"
Aku ketawa. "Kan sperma Om nyemprot di luar vaginamu.
Nggak mungkin hamil dong"
Kuelus-elus rambutnya dan kuciumi wajahnya. Aku tersenyum
puas bisa meredakan adik kecilku.
"Kalau pengin enak lagi bilang Om ya? Nanti kita
belajar berbagai gaya lewat CD".
"Kalau ketahuan Tante gimana?"
"Ya jangan sampai ketahuan dong"
Beberapa saat kemudian birahiku bangkit lagi. Kali ini Renny
kugenjot dalam posisi menungging. Dia sudah tak menjerit kesakitan lagi.
Penisku leluasa keluar masuk diiringi erangan, lenguhan, dan jeritannya. Betapa
nikmatnya memerawani ABG tetangga.