Sabtu, 27 Februari 2010

CERITA DI TEMPAT KURSUS


Hari itu hujan rintik-rintik di awal tahun 2001, aku bersama temanku berniat mendaftarkan diri di sebuah tempat bimbingan belajar yang katanya paling berkualitas di kota kami untuk persiapan UMPTN 2001. Sesampainya di sana aku dan temanku disambut seseorang di tangga.
Dia berkata, "Mo mendaftar yah Dek..? Kalo mau mendaftar di atas."
Dia kelihatan agak dewasa dari yang lainnya yang ada di sana. Belakangan aku tahu dia tentor kelas IPA yang juga mengajarku di kelas, sangat kebetulan yah.

Tidak cakep sih kakak itu, namun rayuannya membuatku sangat tersanjung. Dan wibawa serta senyumannya sangat membuatku terkesima, apalagi saat ia menjelaskan terlihat sekali kecerdasannya terpancar. Aku semakin kagum melihatnya. Dari hari ke hari kami semakin akrab. Aku pun biasa diantarnya pulang, kami pun sering ngobrol bersama tentang masalah kami karena kami juga sudah saling terbuka bahkan menyangkut cerita pribadi kami. Kami juga seringbercanda. Ia pun sesekali menyentuhku, sehingga aku merasakan sesuatu yang lain dalam sentuhannya yang begitu lembut dan mesranya.

Sampai pada suatu hari dia mengajakku nonton dan aku pun menerima ajakan itu. Kami pun pergi sekitar jam 7 malam ke twenty one. Saat film tengah diputar, ia tidak henti-hentinya melihatku. Aku pura-pura serius nonton, tapi aku sebenarnya juga melihatnya. Kemudian ia mulai berani memegang tanganku, aku pun membiarkannya dan ia pun berkata, "Kakak sayang kamu."
Serr.., rasanya aku tersambar petir asmara dan tidak kuasa menolaknya, apalagi ketika ia mulai berani menyandarkan kepalanya di bahuku dan meletakkan tangannya di pahaku. Aku semakin tidak kuasa menepisnya.

Kemudian ia pun memandangku sejenak dan langsung menyambar bibirku, aku pun menyambutnya dengan mesra. Lidah kami saling bertautan dan aroma nafas kami saling memburu mereguk nikmatnya air liur kami yang saling kami tukarkan. Kebetulan di sederetan kursi kami duduk tidak ada orang, jadi tidak ada yang melihat aktivitas kami ini. Baru sekali ini saya melakukan hal seperti ini di bioskop, bahkan sama pacar saya yang jauh lebih cakep dari kakak tentor saya ini saya tidak pernah melakukannya. Itulah sebabnya saya sangat menikmatinya.

Kakak saya yang satu ini pun semakin berani mengelus-elus paha mulusku yang kuning langsat itu, dan dia berkata, "Paha kamu mulus yah.., Kakak jadi tambah sayang sama kamu."
Kebetulan rok yang kupakai saat itu memang mendukung, sebuah rok biru pendek selulut namun ada belahannya yang menyebabkan tangan kakakku ini mudah menyusup masuk mencari kehangatan cinta di antara dua pahaku.
Namun karena malu aku pun menahan tangannya, dan berkata, "Jangan Kak."
Ia pun tidak memperhatikan kata-kataku, dan tangannya terus memaksa masuk.

Sekarang celana dalamku bagian paha dalam sudah ia raih. Sedikit lagi ia tarik, maka ia akan mendapatkan kemaluanku yang sudah basah ini.
Ia berkata, "De.., nggak pa-pa kok, enak deh, masa nggak percaya sih sama Kakak. Ya Yang.. ya..!"
Aku pun tetap bertahan untuk tidak memberikan apa yang ia mau, namun tenaganya lebih kuat dari padaku, sehingga slep.., jarinya menyentuh klitorisku.

Aku merasakan kenikmatan yang luar biasa, apalagi ketika ia mulai memainkan tangannya di lubangku bagian luar, mengelus-elus buluku yang tipis dan menggesek-gesekkan klitorisku yang sudah basah dengan cairanku. Sungguh sensasi yang luar biasa yang sudah lama tidak kurasakan. Memang sih pacarku yang dulu (sebelum dengan yang sekarang) agak nakal dan suka minta jatah, tapi yang sekarang orangnya sangat baik, alim, nggak kurang ajar. Tapi aku gampang dekat sama laki-laki, jadi pacarku yah pacarku, temenku yah temenku, kadang malah lebih dekat dari pacarku, seperti kakak tentorku sayang yang sedang asyik memainkan klitorisku ini.
Tidak sadar aku pun mengeluarkan suara-suara yang erotis sambil menjambak rambutnya, "Ahh.. ahh.. Kakak.., Kakaak.., enak. Kakak nakall..!"

Kepalanya yang tanpa sadar juga sudah sudah menempel di kedua payudaraku. Film pun habis, lampu kembali menjadi terang. Ia pun memandangiku dengan mesranya.
"Pulang yuk..!" katanya sambil menggandeng tanganku.
Sambil berjalan turun, aku pun membetulkan rokku yang sudah diacak-acak olehnya tadi.

"Maafin kelakuan Kakak yah tadi." ia pun memecahkan kebisuan di antara kami berdua.
"Nggak pa-pa, tapi jangan diulangi lagi yah Kak.. aku takut." jawabku.
Ia langsung merangkul pinggulku dan mencium pipiku, sungguh sangat mesranya. Kami pun pulang dengan menggunakan jasa taxi.

"Turun dulu Kak..!" kataku saat taxi sudah sampai di depan rumahku.
Ia pun menyanggupi dengan langsung membayar taxi dan ikut turun bersamaku. Sungguh lelaki yang bertanggung jawab dalam hatiku. Aku pun mengambil kunci di bawah pot, di situ biasa kami menyimpan kunci kalau tidak ada orang di rumah. Maklumlah, ibuku sering pergi ke rumah kakakku yang paling tua, sehingga aku biasanya hanya tinggal di rumah bersama saudara-saudaraku. Bapak dan ibu sudah cerai sejak aku SD.

Aku langsung mempersilakannya masuk ke rumah mungilku.
"Duduk Kak.., mo minum apa..?"
"Nggak usah repot-repot deh, ehh iya orangtuamu nggak ada..?"
"Nggak ada Kak, lagi pergi kayaknya."
"Oohh.."
Begitu percakapan kami setelah kami masuk. Aku pun langsung masuk kamar untuk mengganti baju.

"Tunggu sebentar yah Kak." kataku, namun ia langsung mengikutiku ke dalam kamar dan menggendongku ke atas ranjang, lalu mengunci pintu kamarku.
"Kak, Kakak mau apa..?" tanyaku lugu.
"Lanjutin yang tadi yah..?" ucapnya.
"Jangan Kak, aku takut..!" kataku lagi tapi dia langsung memelukku dan meciumku dengan liarnya.
Aku yang juga sudah terangsang menyambutnya dengan ciumanku yang bernafsu.

"Achh.., ack.., ack..!" bunyi mulut kami yang saling terpaut mesra.
Ia pun melepaskan semua bajunya dan bugil di depanku. Kemaluannya yang menggelantung di depanku sangat besar, baru kali ini aku melihat yang sebesar ini. Kemaluan pacar-pacarku tidak ada yang sebesar dan sehitam ini, sungguh membuatku ingin merasakannya. Walaupun aku suka petting samapacarku, namun aku masih tetap menjaga perawanku sampai saat ini. Aku tidak kuasa menolak ketika ia melepaskan seluruh bajuku, sehingga aku polos tanpa sehelai benang pun yangmenempel pada tubuhku.

Di kamarku sendiri, di atas ranjangku sendiri, dimana ibuku biasa tidur bersamaku, sekarang akusedang memegangi batang kemaluan tentorku yang amat panjang dan keras yang ia sodorkan ke mulutku. Walaupun sempat menolak karena agak jijik, namun akhirnya aku mau juga dan malah keenakan menghisap miliknya seperti lolypop yang dulu sering diberikan mama waktu aku kecil.
Kakak tentorku pun mengerang keenakan, "Ahh.., aah.., ahh.., enak Sayang.. terus..!"
Terdengar juga saat itu, "Ckkc.. ckk..!" bunyi hisapan mulutku di batang kemaluannya.

Dalam posisi aku tidur dan ia mengangkang di atasku sambil kedua tangannya meraih payudaraku dan meremas-remasnya, aku pun keenakan dibuatnya. Ia kini melepaskan penisnya dan menghisap kedua payudaraku secara bergantian dengan liarnya sambil tangannya memainkan klitorisku dan sesekali menusuk masuk ke lubangku yang sudah amat becek. Aku pun merasa sangat nikmat dibuatnya.
"Aaah.., ahh.., uhh.., uuhh Kaa.. Kkaakaa..kk tyus Kak eenaakk.., ah.. aahh uhh yeah..!" begitulah teriakanku sambil meracau tidak karuan karena menahan nikmat yang luar biasa.

Ia pun menjilati tubuhku, turun dan turun hingga sampai kepada lubang kemaluanku yang ia garapmesra.
Aku pun melenguh keenakan, "Aahh.., aahh.. Kakk.., aku mo keluar..!"
Ia seakan tidak menggubrisku, jilatannya pindah ke arah paling sensitif. Klitorisku dimain-mainkan dengan lidahnya. Aku hanya bisa merem melek dibuatnya, karena sensasi yang luar biasa atas permainan lidahnya di bagian tubuhku yang sensitif.

"Kakk.., Kakk.., aku keluarrh. Ahh.., aahh..!" aku pun mengeluarkan cairanku, namun ia tidak berhenti menghisap vaginaku sampai semuanya dibuat bersih.
"Oohh.., Kakk.., enakk.. Kakk..!" aku seakan tidak perduli lagi apa yang kuucapkan.
Ia pun mencoba menusukku dengan senjatanya yang sudah menegang dari tadi. Sungguh seorang kakak yang perlu diteladani, ia mau memuaskanku dulu baru memikirkan nasib 'adek'-nya.

Aku pun dengan senang hati melebarkan kakiku untuknya, seakan aku pasrah memberikan diriku untuknya. Ia pun berusaha memasukkan batang penisnya ke arah vaginaku, namun agak sulit karena memang aku masih perawan. Aku pun merasa sakit, namun karena ia juga meremas payudaraku dan menghisap bibirku, rasa sakit itu sedikit terobati. Sampai akhirnya, "Bless..! Pertahananku berhasil ditembusnya.
Aku pun berteriak, "Ahh.., saa.. saakiitt Kaakk..!"
Ia pun membelai rambutku, dan berkata, "Tahann ya uhh..!"

Ia pun nampak keasyikkan menikmati jepitanku, "Uhh.., Dekk.., kamu hebat..!"Kami pun terus berciuman sementara tangannya memainkan puting susuku yang semakin mengeras.
"Ahh.., aahh.. aahh.." betul-betul nikmat dan asyik, "Aahh.., ohh.., uuhh..!"
Ia pun menghisap bibirku dengan lembut.
Tidak lama kemudian, "Ahh.., aahh.., ohh.., yeaahh.. yeaah.. Kak.. aku mo keluarr. Oohh aku sudah tidak tahan lagi..!" dan, "Serr.." keluarlah cairanku.

Aku pun merasakan kenikmatan yang teramat sangat di sekujur tubuhku seiring keluarnya cairan di liang kenikmatanku beserta darah segar yang sejak tadi keluar dan membasahi sepreiku. Namun aku tidak menangis dan menyesalinya, bahkan seketika itu juga dia mengeluarkan batang kemaluannya dari lubang kemaluanku dan menyemprotkan spermanya ke seluruh wajahku, dan mulutku. Aku pun membersihkan sisa-sisanya dengan menelan sperma yang ia semprotkan dengan menghisap batang kemaluannya sampai bersih.

Kemudian kami pun menatap mesra, berpelukan dan tertidur bersama. Masalah besok yah besok lah diatur. Terima kasih bimbingannya yah Kakak. I love You.

TAMAT

Rabu, 24 Februari 2010

KENIKMATAN GADIS BELIA

Pada tahun 1994 saya tercatat sebagai siswa baru pada SMUN 2 pada waktu itu sebagai siswa baru, yah.. acara sekolahan biasa saja masuk pagi pulang sekitar jam 14:00 sampai pada akhirnya saya dikenalkan oleh teman seorang gadis yang ternyata gadis itu sekolah juga di dekat sekolah saya yaitu di SMPN 3.
Ketika kami saling menjabat tangan, gadis itu masih agak malu-malu, saya lihat juga gadis itu tingginya hanya sekitar 158 cm dan mempunyai dada yang memang kelihatan lebih besar dari anak seumurnya sekitar 34B (kalau tidak salah umurnya 14 tahun), mempunyai wajah yang manis banget dan kulit walaupun tidak terlalu putih tapi sangat mulus, (sekedar info tinggi saya 165 cm dan umur waktu itu 16 tahun), saya berkata siapa namamu?, dia jawab L—- (edited), setelah berkenalan akhirnya kami saling memberikan nomor telepon masing-masing, besoknya setelah saling telepon dan berkenalan akhirnya kami berdua janjian keluar besok harinya jalan pertama sekaligus cinta pertama saya membuat saya deg-degan tetapi namanya lelaki yah…, jalan terus dong.
Akhirnya malam harinya sekitar jam 19.00 saya telah berdiri didepan rumahnya sambil mengetuk pagarnya tidak lama setelah itu L—-muncul dari balik pintu sambil tersenyum manis sekali dia mengenakan kaos ketat dan rok yang kira-kira panjangnya hampir mencapai lutut berwarna hitam.
Saya tanya, “Mana ortu kamu…”, dia bilang kalau di rumah itu dia cuma tinggal bersama papanya dan pembantu, sedangkan kalau kakaknya dan mamanya di kota lain.
“Oohh jawab saya,” saya tanya lagi “Terus Papa kamu mana?” dia jawab kalau Papa lagi keluar ada rapat lain di hotel (papanya seorang pejabat kira-kira setingkat dengan wagub) jadi saat itu juga kami langsung jalan naik motorku dan tanpa disuruhpun dia langsung memeluk dari belakang, penis saya selama jalan-jalan langsung tegang, habis dada dia begitu kenyal terasa di belakangku seakan-akan memijit-mijit belakangku (motor waktu itu sangat mendukung, yaitu RGR).
Setelah keliling kota dan singgah makan di tempat makan kami langsung pulang ke rumahnya setelah tiba saya lihat rumahnya masih sepi mobil papanya belum datang.
Tiba-tiba dia bilang “Masuk yuk!., Papa saya kayaknya belum datang”. Akhirnya setelah menaruh motor saya langsung mengikutinya dari belakang saya langsung melihat pantatnya yang lenggak-lenggok berjalan di depanku, saya lihat jam ternyata sudah pukul 21.30, setiba di dalam rumahnya saya lihat tidak ada orang saya bilang “Pembantu kamu mana?”, dia bilang kalau kamar pembantu itu terpisah dari bangunan utama rumah ini agak jauh ke belakang.
“oohh…”, jawab saya.
Saya tanya lagi, “jadi kalau sudah bukakan kamu pintu pembantu kamu langsung pergi ke belakang?”, dia jawab iya.
“Terus Papa kamu yang bukain siapa…”
“saya…” jawabnya.
“Kira-kira Papa kamu pulang jam berapa sih…”, tanya saya. Dia bilang paling cepat juga jam 24.00. (Langsung saja pikiranku ngeres banget)
Saya tanya lagi “Kamu memang mau jadi pacar saya…”.
Dia bilang “Iya…”.
Lalu saya bilang, “kalau gitu sini dong dekat-dekat saya…”, belum sampai pantatnya duduk di kursi sebelahku, langsung saya tarik ke dalam pelukanku dan mengulum bibirnya, dia kaget sekali tapi belum sampai ngomong apa-apa tanganku langsung memegang payudaranya yang benar-benar besar itu sambil saya remas-remas dengan kuat sekali (habis sudah kebelet) diapun mengeluh “Ohh.., oohh sakit”. katanya.
Saya langsung mengulum telinganya sambil berbisik, “Tahan sedikit yah…”, dia cuma mengangguk. Payudaranya saya remas dengan kedua tanganku sambil bibir saya jilati lehernya, kemudian pindah ke bibirnya langsung saya lumat-lumat bibirnya yang agak seksi itu, kamipun berpagutan saling membenamkan lidah kami masing-masing. Penis saya langsung saya rasakan menegang dengan kerasnya. Saya mengambil tangan kirinya dan menuntun memegang penisku dibalik celana saya, dia cuma menurut saja, lalu saya suruh untuk meremasnya. Begitu dia remas, saya langsung mengeluh panjang, “Uuhh…, nikmat sayang”, kata saya.
“Teruss…”, dengan agak keras kedua tanganku langsung mengangkat kaos yang dia kenakan dan membenamkan muka saya di antara payudaranya, tapi masih terhalang BH-nya saya jilati payudaranya sambil saya gigit-gigit kecil di sekitar payudaranya, “aahh…, aahh”. Diapun mendesis panjang tanpa melepas BH-nya saya langsung mengangkat BH-nya sehingga BH-nya berada di atas payudaranya, sungguh pemandangan yang amat menakjubkan, dia mempunyai payudara yang besar dan puting yang berwarna kemerahan dan menjulang keluar kira-kira 1/2 cm dan keras, (selama saya main cewek baruku tahu sekarang bahwa tidak semua perempuan nanti menyusui baru keluar putingnya). Saya jilat kedua payudaranya sambil saya gigit dengan keras putingnya. Dia pun mengeluh sambil sedikit marah. “Aahh…, sakkiitt…”, tapi saya tidak ambil pusing tetap saya gigit dengan keras. Akhirnya diapun langsung berdiri sambil sedikit melotot kepadaku.
Sekarang payudara dia berada tepat di depan wajah saya. Sambil saya memandangi wajahnya yang sedikit marah, kedua tanganku langsung meremas kedua payudaranya dengan lembut. Diapun kembali mendesis, “Ahh…, aahh…”, kemudian saya tarik payudaranya dekat ke wajah saya sambil saya gigit pelan-pelan. Diapun memeluk kepala saya tapi tangannya saya tepiskan. Sekelebat mata saya menangkap bahwa pintu ruang tamunya belum tertutup saya pun menyuruh dia untuk penutup pintunya, dia pun mengangguk sambil berjalan kecil dia pergi menutup pintu dengan mengendap-endap karena bajunya tetap terangkat sambil memperlihatkan kedua bukit kembarnya yang bikin hati siapa saja akan lemas melihat payudara yang seperti itu.
Setelah mengunci pintu dia pun kembali berjalan menuju saya. Saya pun langsung menyambutnya dengan memegang kembali kedua payudaranya dengan kedua tangan saya tapi tetap dalam keadaan berdiri saya jilati kembali payudaranya. Setelah puas mulut saya pun turun ke perutnya dan tangan saya pelan-pelan saya turunkan menuju liang senggamanya sambil terus menjilati perutnya sesekali mengisap puting payudaranya. Tangan sayapun menggosok-gosok selangkangannya langsung saya angkat pelan-pelan rok yang dia kenakan terlihatlah pahanya yang mulus sekali dan CD-nya yang berwarna putih saya remas-remas liang kewanitaannya dengan terburu buru, dia pun makin keras mendesis, “aahh…, aakkhh… ohh…, nikmat sekali…”, dengan pelan-pelan saya turunkan cdnya sambil saya tunggu reaksinya tetapi ternyata dia cuma diam saja, (tiba-tiba di kepala muncul tanda setan).
Terlihatnya liang kewanitaannya yang ditumbuhi bulu-bulu tapi sangat sedikit. Sayapun menjilatinya dengan penuh nafsu, diapun makin berteriak, “Aakkhh…, akkhh…, lagi…, lagii..”.
Setelah puas sayapun menyuruhnya duduk di lantai sambil saya membuka kancing celanaku dan saya turunkan sampai lutut terlihatlah CD-ku, saya tuntun tangannya untuk mengelus penis saya yang sudah sangat tegang sehingga sepertinya mau loncat dari CD-ku. Diapun mengelusnya terus mulai memegang penis saya. Saya turunkan CD-ku maka penis saya langsung berkelebat keluar hampir mengenai mukanya. Diapun kaget sambil melotot melihat penis saya yang mempunyai ukuran lumayan besar (diameter 3 cm dan panjang kira-kira 15 cm) saya menyuruhnya untuk melepas kaos yang dia kenakan dan roknya juga seperti dipangut dia menurut saja apa yang saya suruh lakukan. Dengan terburu-buru saya pun melepas semua baju saya dan celana saya kemudian karena dia duduk dilantai sedangkan saya dikursi, saya tuntun penis saya ke wajahnya dia pun cuma melihatnya saja. Saya suruh untuk membuka mulutnya tapi kayaknya dia ragu-ragu.
Setengah memaksa, saya tarik kepalanya akhirnya penisku masuk juga kedalam mulutnya dengan perlahan dia mulai menjilati penis saya, langsung saya teriak pelan, “Aakkhh…, aakkhh…”, sambil ikut membantu dia memaju-mundurkan penis saya di dalam mulutnya. “aakk…, akk…, nikmat sayyaangg…”. Setelah agak lama akhirnya saya suruh berdiri dan melepaskan CD-nya tapi muncul keraguan di wajahnya sedikit gombal akhirnya CD dan BH-nya dia lepaskan juga maka telanjang bulatlah dia depanku sambil berdiri. Sayapun tak mau ketinggalan saya langsung berdiri dan langsung melepas CD-ya. Saya langsung menubruknya sambil menjilati wajahnya dan tangan saya meremas-remas kedua payudaranya yang putingnya sudah semakin tegang, diapun mendesis, “Aahh…, aahh…, aahh…, aahh”, sewaktu tangan kananku saya turunkan ke liang kemaluannya dan memainkan jari-jariku di sana.
Setelah agak lama baru saya sadar bahwa jari saya telah basah. Saya pun menyuruhnya untuk membelakangiku dan saya siapkan penis saya. Saya genggam penis saya menuju liang senggamanya dari belakang. Saya sodok pelan-pelan tapi tidak maumasuk-masuk saya sodok lagi terus hingga dia pun terdorong ke tembok tangannyapun berpangku pada tembok sambil mendengar dia mendesis, “Aahh…, ssaayaa..,. ssaayaangg…, kaammuu…”, sayapun terus menyodok dari belakang. Mungkin karena kering penis saya nggak mau masuk-masuk juga saya angkat penis saya lalu saya ludahi tangan saya banyak-banyak dan saya oleskan pada kepala penissaya dan batangnya dia cuma memperhatikan dengan mata sayu setelah itu. Saya genggam penis saya menuju liang senggamanya kembali. Pelan-pelan saya cari dulu lubangnya begitu saya sentuh lubang kemaluannya dia pun langsung mendesis kembali, “Ahh…, aahh…”, saya tuntun penis saya menuju lubang senggamanya itu tapi saya rasakan baru masuk kepalanya saja diapun langsung menegang tapi saya sudah tidak peduli lagi. Dengan satu hentakan yang keras saya sodok kuat-kuat lalu saya rasa penis saya seperti menyobek sesuatu maka langsung saja dia berontak sambil berteriak setengah menangis, “Ssaakkiitt…”. Saya rasakan penis saya sepertinya dijepit oleh dia keras sekali hingga kejantanan saya terasa seperti lecet di dalam kewanitaannya. Saya lalu bertahan dalam posisi saya dan mulai kembali menyiuminya sambil berkata “Tahann.. sayang… cuman sebentar kok…”
Saya memegang kembali payudaranya dari belakang sambil saya remas-remas secara perlahan dan mulut saya menjilati belakangnya lalu lehernya telinganya dan semua yang bisa dijangkau oleh mulut saya agak lama. Kemudian dia mulai mendesis kembali menikmati ciuman saya dibadan dan remasan tangan saya di payudaranya, “Ahh…, aahh…, ahh…, kamu sayang sama lakukan?” dia berkata sambil melihat kepada saya dengan wajah yang penuh pengharapan. Saya cuma menganggukkan kepala padahal saya lagi sedang menikmati penis saya di dalam liang kewanitaannya yang sangat nikmat sekali seakan-akan saya lagi berada di suatu tempat yang dinamakan surga. “Enak sayang?”, kataku. Dia cuma mengangguk pelan sambil tetap mengeluarkan suara-suara kenikmatan, “Aahh…, aahh…” lalu saya mulai bekerja, saya tarik pelan-pelan penis saya lalu saya majukan lagi tarik lagi majukan lagi dia pun makin keras mendesis, “Aahh…, ahh…, ahhkkhh…” akhirnya ketika saya rasakan bahwa dia sudah tidak kesakitan lagi saya pun mengeluar-masukkan penis saya dengan cepat dia pun semakin melenguh menikmati semua yang saya perbuat pada dirinya sambil terus-meremas payudaranya yang besar itu. Dia teriak “Sayaa mauu keeluuarr…”.
Sayapun berkata “aahhkkssaayyaanggkkuu…”, saya langsung saja sodok dengan lebih keras lagi sampai-sampai saya rasakan menyentuh dasar dari liang senggamanya tapi saya benar-benar kesetanan tidak peduli lagi dengan suara-suara, “Ahh…, aahh…, ahh…, akkhh…, akkhh…, truss” langsung dia bilang “Sayyaa kkeelluuaarr…, akkhh…, akhh…”, tiba-tiba dia mau jatuh tapi saya tahan dengan tangan saya. Saya pegangi pinggulnya dengan kedua tangan saya sambil saya kocok penis saya lebih cepat lagi, “Akkhh…, akkhh…, ssaayyaa mauu…, kkeelluuaarr…, akkhh…”, pegangan saya di pinggulnya saya lepaskan dan langsung saja dia terjatuh terkulai lemas.
Dari penis saya menyemprotlah air mani sebanyak-banyaknya, “Ccroott…, croott.., ccrroott…, akkhh…, akkhh…”, saya melihat air mani saya membasahi sebagian tubuhnya dan rambutnya, “Akhh…, thanks sayangkuu…”, sambil berjongkok saya cium pipinya sambil saya suruh jilat lagi penisku. Diapun menjilatinya sampai bersih. Setelah itu saya bilang pakai pakaian kamu dengan malas dia berdiri mengambil bajunya dan memakainya kembali.
Setelah kami berdua selesai saya mengecup bibirnya sambil berkata, “Saya pulang dulu yah sampai besok sayang…!”. Dia cuma mengangguk tidak berkata-kata lagi mungkin lemas mungkin nyesal tidak tahu ahh. Saya lihat jam saya sudah menunjukkan jam 23.35, saya pulang dengan sejuta kenikmatan.


Extended Network Banners
Online Now Icons
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger